#30HariMenulis
Day 4
tema : Lagu/beberapa lagu yang menggambarkan hidupmu
Merepih alam di malam
Berselubung kabut kelam
Wajah pun meredup tercermin haus cahaya
Meremang gulana menatap reruntuhan dalam duka
Kunanti fajar berkawan angin malam merindukan Belaianmu
oh asmara oh … asmara
Insanmu menanggung rindu
Benamkan diriku dalam dekapan, tanganmu
Yang hangat penyegar cita rasaku
Bukakan pintumu
Kan kujelang kau pelita hidupku
Bawa aku serta berlayar
Menuju pantai harapanBersamamu
oh asmara oh .. Asmara
Insanmu menanggung rindu
Setiap mendengar lagu ini, entah dimanapun itu, saya pasti tergugu dalam haru. Mata memanas, hati tercabik-cabik. Lebay. Padahal liriknya biasa aja, soal asmara mendayu-dayu, perihal rindu menggebu. ‘Nista durjana’, kata salah seorang kawan.
Entahlah.
Mungkin sayatan biolanya yang bikin nyeuri hate. Tiap liat biola, belum dimainin sama orangnya aja saya udah terharu duluan. Mental ga kuat tanteuuu …
Yang pasti saya suka Chrisye. Suka banget.
Kalian yang ga tau Chrisye jangan sedih. Itu berarti kalian masih kinyis-kinyis, masih pantes pake nama alay di akun sosmed.
Tapi jangan jadi songong.
Chrisye itu legend tau.
Dengerin Dese ibarat dengerin U2, sementara orang kebanyakan dengerin One Direction.
Skip … skip …
Pokoknya tiap denger lagu ini sakit hati eikeu bo. Langit jadi tiba-tiba mendung, langkah jadi gontai, pas cek dompet oh mama oh papa … gajian masih lamaaaaaa
Kalo kata si Kaka sama si Uni (anak pertama dan kedua),
“Lagunya Om Jokoooooo …!”
Om Joko itu sopir jemputan anak-anak.Dari cerita anak-anak, saya tahu selera Om Joko, yang sepertinya seangkatan sama saya (uhuk). Coba, darimana anak-anak saya tahu lagunya The Power of Love, nya Celine Dion atau Making Love Out of Nothing At All, nya Air Supply.
Hail, Om Joko!!
Nah, kalo lagu yang pasti bikin saya ga tahan kepingin goyang itu lagu-lagunya Justin Bieber. Meskipun saya bukan Beliebers. Sontak aja gitu, macem saya ini punya per di punggung yang kalo ditarik langsung bereaksi. Terserah lah para haters mau ngomong apa. Pokoknya si JB itu enak didengerin sambil cuci piring. Bilas .. bilas goyang … goyang …
Atau sambil nyapu.
Sreeeeet … (gerakan menyapu panjang), putar-putar … yeah .. yeah …
*silakan yang mau muntah, jangan malu-malu gitu ah*
Salah satu tempat saya mendengarkan playlist lagu teranyar itu adalah minimarket. Jadi sambil milih-milih apakah mau belinya indomie goreng biasa atau yang rasa ayam bawang (alamaaak), saya sambil mendengarkan dengan khidmat. Sebagai orang yang tiap hari begahol sama anak muda ga mau doong dibilang ketinggalan hitz. Ya ga? Ya ga?
Biasanya, kalau denger lagu baru saya langsung buka grup,tempat saya nyampah tiap hari.
“Guys, ini lagu apa sih, yang liriknya begini …”
Dan biasanya Takdir, salah seorang kawan yang bentar lagi mesti diterapi gara-gara kecanduan akutnya sama Malkist Cokelat, nyahut
“Selimut tetangga, tehir!”
Begini bagian reff-nya,
“Mana mungkin selimut tetangga
Hangati tubuhku dalam kedinginan
Malam malam panjang setiap tidurku
Selalu kesepian”
Saya terpaku dong denger lagu ini. Oh Subhanallah, demi semua penjual selimut dimanapun mereka berada, kesian bener nih orang. Selimut aja make minjem ke tetangga. Padahal saya sering mengeluh dalam hidup betapa banyak cobaan hidup dari-Mu, ya Allah. Tapi hamba jarang bersyukur. Alhamdulillah, se-engga punya duitnya pun, saya ga minjem dari tetangga. Minjemnya dari yang lain.
Jadi pemirsah, selimut tetangga dari band Repvblik (pake “v” ya bukan “u) yang saya belum pernah liat mukanya itu filosofis bangeud.
Warbiayazak (kata anak grup mah).
Ini kalau maksain menuliskan hidup berdasarkan lagu, habis semua nanti playlist yang ada. Hidup saya kan filosofis banget ya, ga cukup itu cuma satu atau lagu. Nah kalau sampe 10 album kan kalian yang repot mesti baca bari jeung teu apal lagunyaa.
Jadi udah lah yaaa
“Sebab lagu adalah rasa, maka singkirkan pongah. Sebab lagu adalah rasa. Sebab rasa berarti hati”