“Kelen tau Bowo ga sih?”
Tiga kepala anak gadis usia 11-17 tahun itu, terangkat semua dari buku dan gawai yang sedang mereka pegang.
“Siapa tuh?”
“Tiktok ceunah …”
“Ooh teteh tau, iya yang tiktok itu” akhirnya Aisha yang baru naik kelas 6 mengangguk. Pernah liat, katanya.
Tiga anak gadis saya tidak kenal Bowo dan tidak peduli dengan tiktok. Perkembangan kreativitas orang-orang di media sosial memang ga ada matinya. Selalu ada tren baru setiap harinya. Mulai aplikasi yang bisa memoles wajah menjadi lebih mencrang alias kinclong, sampai yang membuat para penggunanya memutuskan meninggalkan rasa malu di sudut rumah (contohnya BIGO live).
Beberapa teman di Facebook sempat mengeluhkan aplikasi tiktok yang meresahkan ini. Beberapa kali pula saya melihat tautan gambar dari entah akun Facebook atau twitter atau instagram, tentang kekaguman para remaja putri, kepada Prabowo Mondardo, alias Bowo Alpenliebe, alias Bowo Tiktok.
Wajar ketika banyak emak-emak merasa resah, sebab kekaguman yang dicetuskan para gadis kinyis-kinyis itu bisa membuat ulu hati tertohok. Dari mulai yang rela jual ginjal sampe menawarkan keperawanan kepada Bowo, sang idola.
(sumber gambar di klik )
*langsung-migren
Tadi malam saya iseng mencari si Bowo yang sedang ngeheitz ini.
*tambah-migren
Anak seumur jagung ini … cuma goyang-goyang jari, lip-sync lagu apalah-apalah itu, sambil senyam-senyum, bisa ngadain meet and greet berbayar 80K?
Sungguh halusinasi tingkat pilkada ini.
(sumber gambar di klik )
Apapun itu, sebagey emak-emak anak empat yang kebanyakan gaya ini, saya hanya ingin memberi semangat kepada emak-emak lainnya,
Seloow saja … anak-anakmu ga akan termasuk penyembah Bowo, kan kau ibu mereka.
*saya sebut penyembah, soalnya salah satu fans katanya ingin bikin agama baru, dan Bowo mau dijadikan Tuhannya, mmh nyaaa … blom pernah di-sleding Messi tuh anak.
(sumber gambar di klik )
Saya selalu bilang kepada para orangtua, yang memiliki anak abegeh, harus percaya diri jadi orangtua. Mau ada fenomena seaneh apapun, jika komunikasi kita bagus sama anak, Insyaallah takkan terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Gawai adalah sesuatu yang sulit dihindarkan di era sekarang. Menyeleksi dan menyaring adalah solusinya. Kecuali kalau Anda jenis orangtua luar biasa yang sanggup menjauhkan gawai dan sejenisnya dari anak, mengisinya dengan hal-hal positif, seperti bermain kreatif, olahraga dan hapalan Quran. Percayalah, saya tahu ada banyak orangtua yang seperti ini. Saya kenal beberapa diantara mereka.
Tak ada orangtua yang sempurna, tentu saja. Anak-anak kita adalah proses trial and error kita sepanjang masa. Seperti halnya mereka berproses menuju kedewasaan, kitapun menjalani proses menuju kematangan sebagai orang yang lebih tua dan hidup lebih dulu.
Anak-anak adalah peniru ulung. Apa yang mereka lihat dan dengar, itu yang akan mereka contoh. Perjalanan tiru-meniru ini berlangsung sepanjang hayat dikandung badan. Anda suka membentak, mereka akan melakukannya juga. Anda suka mengejek, oh mereka juga. Anda suka berbohong, meremehkan orang, menyepelekan proses, mengambil jalan pintas, dan sebagainya dan sebagainya; mereka akan melakukannya.
Maka cermin adalah guru yang baik.
Bercerminlah, maka kita akan tahu sudah seberapa banyak yang kita abaikan, dan baru sedikit yang kita lakukan.
Perjalanan ini masih panjang.
Sebab menjadi orangtua bukan kontrak kerja tahunan, apalagi cicilan kendaraan, yang ketika beres Anda akan merasa lega dan merasa kewajiban telah tunai. Ini komitmen hidup yang Anda setujui saat janin mulai berkembang di Rahim. Terima saja, dan bertanggungjawablah.
Jadi, mau ada Bowo kek, mau ada “istri sah Iqbaal” yang fenomenal di Instagram, mau ada aplikasi baru yang lebih aneh lagi, santai aza kek di pantai.
Percayai anak-anakmu, sebab Anda orangtua mereka.
Jangan khawatir mereka jadi punya idola aneh-aneh, kan Anda Ibu Bapaknya.
Kecuali kalau Anda sendiri begitu, ya itu beda kasus.
Mari, kita bercermin.
* am sipping my coffee and thinking how weird this whole world has become
Word count : 582