Posted in 30 Hari Menulis 2017

Jalan Kaki hingga Atap Rumah


#30HariMenulis 2017

Hari 4

Tema : tempat favorit di kotamu
Ini tema yang susah. Sebab ada tiga kota yang saya lintasi setiap hari. Saya tinggal di Kabupaten Bandung Barat, lahir dan besar di Cimahi namun aktivitas dan pekerjaan di kota Bandung. Walaupun jika ditarik garis lurus, tiga kota ini lempeng-lempeng saja, memang sejalur.
Oleh karenanya agak sulit untuk menentukan tempat favorit. Hanya memang syarat tempat favorit buat saya adalah tempat teduh yang banyak pohon rindangnya, angin yang berhembus agak dingin, dan akses mengamati orang yang terbuka.
Kalian tidak salah dengar. Saya memang suka mengamati orang-orang. Saya suka duduk sendiri ditemani secangkir kopi hitam americano sambil memerhatikan orang-orang yang lalu lalang. Itu jika sedang tidak punya buku di tangan. Kalau bengong, saya suka memerhatikan tingkah polah orang-orang, baju yang mereka kenakan, bahasa yang mereka gunakan.
Dulu saya minder jika harus duduk sendirian di restoran atau coffee shop. Kesannya saya tidak punya teman. Malu untuk memesan makanan dan makan sendirian. Lama-lama malah jadi biasa saja. Saya malah merasa itu menjadi salah satu simbol kemandirian saya sebagai perempuan. Meureun.
Akhir-akhir ini saya suka sekali berjalan kaki, terutama di trotoar Jalan Dago (daerah sekitar kantor). Biasanya saya akan pesan gojek hingga ke ITB (jika malas) atau BEC (jika sedang semangat). Turun gojek saya akan berjalan kaki menuju Jalan Dago 157 tempat kantor saya berada. Tidak seperti jalan-jalan lain, Jalan Dago memang terpelihara, mungkin karena termasuk jalan utama.

Di atas ini penampakan jalan Dago yang nyaman untuk dibuat tempat berjalan kaki. Garis kuning di tengah itu diperuntukkan untuk penyandang disabilitas tuna netra. Konturnya bergerigi supaya “kerasa” sama mereka.
Saya biasanya berjalan perlahan sambil memerhatikan bangunan kanan kiri. Sebagian besar bangunan di jalan Dago berupa restoran atau Factory Outlet atau hotel. Tapi sebagian kecil masih berupa rumah huni. Saya sering iri dengan orang yang tinggal di situ sebab biasanya mereka punya halaman luas.
Selain berjalan kaki, saya suka nongkrong di tempat ngopi meski tak sering. Biasanya jika ada pekerjaan yang harus diselesaikan, yang tak mungkin saya selesaikan di rumah karena pasti ada domestic disturbance.
Sementara di kabupaten Bandung Barat tempat saya bermukim, ada satu tempat favorit untuk membaca, berdiam diri, atau sekedar duduk manis. Atap rumah saya.


Di atas atap ada beberapa tumbuhan rempah-rempah, tomat dan cabai yang ditanam ibu saya. Sebagian berumput sebagian tidak. Di sanalah tempat menjemur pakaian maupun membakar jagung. Saya sering lupa kalau saya punya tempat ini saking seringnya sehabis pulang kerja langsung tidur 😂😂😂


Dari sini saya bisa melihat jauh. Ke Gunung Bohong yang dibilang “bohong” saking ia lebih mirip bukit daripada gunung. Ke atap-atap rumah tetangga yang sering saya sapa kalau bertemu. Yang kisah-kisahnya tidak banyak saya tahu selain cerita dari ibu saya.
Dari semua tempat favorit di kota saya, dua tempat ini lah yang akhir-akhir ini saya suka. Tapi pada umumnya saya suka tinggak di sini. Di Bandung, Cimahi maupun Bandung Barat. Dimana orang-orang masih saling memberi jalan saat berpapasan naik motor dan kadang bertukar senyum.